Artikel
TEMA : JAKARTA
BANJIR
Jakarta merupakan ibukota Republik Indonesia yang
notabene pusat pemerintah dengan penduduk yang beraneka ragam suku. Tentunya
tidak mudah untuk menata kota Jakarta. Dengan jumlah penduduk yang semakin
bertambah ini dapat menimbulkan suatu bentuk permasalahan bila
peraturan-peraturan pemerintah tidak diperhatikan dengan baik. Salah satunya
banjir yang baru-baru ini melanda di beberapa wilayah di Jakarta. Banjir pada
hakekatnya hanyalah salah satu output dari pengelolaan DAS (Daerah Aliran
Sungai) yang tidak tepat. Bencana banjir harus terulang kembali awal tahun 2014
meski sebelumnya kejadian banjir yang cukup berat juga pernah dialami oleh DKI
Jakarta pada awal tahun 2002 yang menggenangi sebagian wilayah DKI Jakarta
walaupun tidak sehebat banjir awal tahun 2007. Banjir yang kembali terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
o Curah
hujan yang sangat tinggi
Curah hujan pada saat
banjir Jakarta pada tanggal 18 Januari 2002, disebabkan oleh curah hujan harian
sebesar 105mm/hari, kemudian banjir kedua pada tanggal 30 Januari 2002
disebabkan curah hujan sebesar 143mm/hari. Sedangkan curah hujan diatas
50mm/hari patut diwaspadai. Kejadian banjir Jakarta dan sekitarnya pada tanggal
3 Februari 2007 berdasarkan data pengamatan tinggi muka air dan debit sungai
Ciliwung di pos pengamatan bendungan katu lampa menunjukkan angka 250cm,
sedangkan tinggi muka air melampaui angka 100cm sudah harus siaga dan curah
hujan mencapai 172mm/hari. Dengan lamanya hujan dengan intensitas tinggi awal
2014 menyebabkan tanah menjadi jenuh dengan air sehingga pada saat hujan
sebagian air hujan merupakan aliran permukaan. Saat bersamaan laut di pantai
utara DKI Jakarta naik.
o Karakteristik
DAS (Daerah Aliran Sungai)
Daerah Alira Sungai
(DAS) yang menyebabkan banjir Jakarta adalah DAS Ciliwung-Cisadane.
Karakteristik DAS meliputi bentuk dari kemiringan lereng. Karakteristik DAS
Ciliwung-Cisadane mempunyai bentuk daerah hulu dan tengah dengan kelerengan
terjal. Sedangkan daerah tengah sampai
hilir sangat datar dan luas. Bentuk DAS seperti ini begitu hujan jatuh
maka air hujan dari daerah hulu langsung mengalir kebawah dengan waktu
konsentrasi yang singkat. Terlebih sepanjang aliran sungai Ciliwung, sungai
yang dulunya menjadi urat nadi kehidupan warga Jakarta, kini kondisinya kian makin
memprihatinkan karena persoalan sampah dan lumpur. Pada tahun 2013 aliran
Ciliwung yang melintasi kawasan Jagakarsa dibersihkan, sebanyak 10,5ton sampah
berhasil diangkut. Padahal wilayah yang dibersihkan sepanjang 1,5 kilometer.
Hal ini akibat dari kurangnya kesadaran masyarakat yang tinggal dipinggir
aliran Ciliwung dengan membuang sampah tidak pada tempatnya.
o Saluran
Drainase
Saluran drainase
memiliki peran yang sangat penting sebagai jalan bagi air untuk sampai ke laut
yang merupakan tujuan akhir dari air mengalir. Volume saluran drainase sungai
Ciliwung khususnya daerah hilir disana-sini mengalami penyusutan yang
disebabkan oleh ukuran lebarnya berkurang, terjadi pengendapan dan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa masuh berkembangnya perilaku masyarakat
membuang sampah di sungai.
o Perubahan
penggunaan lahan
Banyaknya pemukiman-pemukiman
masyarakat yang berada dibantaran sungai Ciliwung tidak saja membahayakan
masyarakat itu sendiri bila terjadi banjir akan tetapi bisa menghambat
kelancaran air. Meskipun pemerintah telah berupaya merelokasikan bagi warga
yang bermukim dibantaran sungai Ciliwung, salah satunya Pembangunan Rusunawa
Pasar Minggu Pejaten Timur. Walaupun belum dapat diterima oleh sebagian warga
dan pedagang Pasar Minggu saat ini. Dengan alasan tidak ada pengaruh positif
bagi warga sekitar, tetapi akan menambah ramai dan semerawutnya kawasan Pasar
Minggu.
Referensi :
Harian Kontras 24 Juni 2013 Hal.10
Harian Terbit 7 Maret 2014 Hal.5-6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar