Minggu, 22 April 2012

Orientasi Nilai Budaya

Kluckhohn   dalam   Pelly   (1994)   mengemukakan   bahwa   nilai   budaya merupakan  sebuah  konsep  beruanglingkup  luas  yang  hidup  dalam  alam  fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara  fungsional  sistem  nilai  ini  mendorong  individu  untuk  berperilaku seperti  apa  yang  ditentukan.  Mereka  percaya,  bahwa  hanya  dengan  berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan  wujud  ideal  dari  lingkungan  sosialnya.  Dapat  pula  dikatakan  bahwa sistem   nilai   budaya   suatu   masyarakat   merupakan   wujud   konsepsional   dari kebudayaan mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya manusia, (3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Berbagai   kebudayaan   mengkonsepsikan   masalah   universal   ini   dengan berbagai  variasi  yang  berbeda  –  beda.  Seperti  masalah  pertama,  yaitu  mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan   nirwana,   dan   mengenyampingkan   segala   tindakan   yang   dapat menambah rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan  seperti  ini  sangat  mempengaruhi  wawasan  dan  makna  kehidupan  itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu.Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.
Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan dalam Pelly (1994) adalah siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi dalam  masyarakat  yang  mementingkan  kemandirian  individual,  maka  keputusan dibuat dan diarahkan kepada masing – masing individu.
Pola orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut di atas merupakan pola yang ideal untuk masing – masing pihak. Dalam kenyataannya terdapat nuansa atau variasi  antara  kedua  pola  yang  ekstrim  itu  yang  dapat  disebut  sebagai  pola transisional.

WUJUD KEBUDAYAAN


3 WUJUD KEBUDAYAAN MENURUT DIMENSI WUJUDNYA

Wujud dari kebudayaan itu sendiri adalah :

1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial.
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Unsur-unsur Kebudayaan

A.  7 unsur kebudayaan universal

Menurut koentjaraningrat ada tujuh unsurkebudayaan universal, yaitu sebagai berikut;
1.  Sistem religi yang meliputi;
§  Sistem kepercayaan
§  Sistem nilai dan pandangan hidup
§  Komunikasi keagamaan
§  Upacara keagamaan

2.  Sistem kemasyarakatan atau organisasi social yang meliputi;
§  Kekerabatan
§  Asosiasi dan perkumpulan
§  Sistem kenegaraan
§  Sistem kesatuan hidup
§  Perkumpulan

3.  Sistem pengetahuanmeliputi pengetahuan tentang;
§  Flora dan fauna
§  Waktu, ruang dan bilangan
§  Tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia

4.  Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk;
§  Lisan
§  Tulisan

5.  Kesenian yang meliputi;
§  Seni patung/pahat
§  Relief
§  Lukisan dan gambar
§  Rias
§  Vokal
§  Musik
§  Bangunan
§  Kesusastraan
§  drama

6.  Sistem mata pencaharian atau sistem ekonomi yang meliputi;
§  Berburu dan mengumpulkan makanan
§  Bercocok tanam
§  Peternakan
§  Perikanan
§  Perdagangan

7.  Sistem perlatan hidup dan teknologi yang meliputi;
§  Produksi, distribusi, transportasi
§  Peralatan komunikasi
§  Peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
§  Pakaian dan perhiasan
§  Tempat berlindung dan perumahan
§  Senjata


  B.  Perbedaan kebudayaan dalam 2 bentuk wujud 

1)  Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata. Kebudayaan material juga mencangkup barang-barang, seperti televise, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, dan gedung pencakar langit.

2)  Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, yaitu seperti dongeng, cerita rakyat dan lagu atau tari tradisional. 

Sabtu, 07 April 2012

PENGERTIAN KEBUDAYAAN


A.    Pengertian Kebudayaan
Banyak berbagai definisi tentang kebudayaan yang telah di paparkan oleh para ahli. Dari berbagai definisi dapat diperoleh kesimpulan mengenai pengertian kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Secara lebih rinci, banyak hal-hal yang dapat kita pelajari tentang definisi kebudayaan. Bagaimana cara pandang kita terhadap kebudayaan, serta bagaimana cara untuk menetrasi kebudayaan yang faktanya telah mempengaruhi kebudayaan lain.

B.     Tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia
Katakanlah, misalnya, jika kita bicara kebudayaan di Indonesia, maka tokoh-tokoh yang dimunculkan adalah tokoh-tokoh sastra; seperti W.S Rendra sendiri, Sutan Takdir Alisjahbana, H.B. Jassin, Taufik Ismail, Pramoedya Ananta Toer, Goenawan Mohammad, Kuntowijoyo sampai Radhar Panca Dahana. Kebudayaan di situ mengacu pada sastra sebagaiweltanschaung yang direpresentasi para tokoh-tokoh dan penggiatnya. Sedangkan semestinya, ada deferensiasi dan kategorisasi antara keduanya, karena sebenarnya masing-masing memiliki perbedaan yang cukup penting baik secara peristilahan maupun praktik. Sastra memiliki keterbatasan, yang pada intinya hanya bermediumkan teks. Sedangkan sebaliknya, kebudayaan mencakup persoalan yang luas, yang pada tingkatan makro seperti definisi peristilahannya, yaitu dari kata-kata budi dan daya, berarti kearifan dan keinsyafan manusia untuk berkreasi atau mencipta sesuatu karya.
Persoalan substansial yang menyebabkan campur-aduknya kebudayaan dan sastra di Indonesia, dikarenakan konsep kebudayaan “tak pernah lari” dari teks. Atau yang terjadi di Indonesia selama ini, kebudayaan selalu “dilarikan ke dunia teks”. Di sinilah letak persoalan itu bermula. Teks dan kebudayaan berjalan-berkelindan, seakan-akan antara keduanya tak memiliki batas-batas perbedaan yang penting.
Teks selalu menjangkau dan merengkuh kebudayaan. Aktualisasi nilai-nilai kebudayaan rasanya kurang dapat dinikmati jika tanpa dibarengi dengan medium teks. Nilai-nilai dan dimensi etika-estetika dari kebudayaan mesti tampil dalam teks, jika ingin terpublikasi secara luas. Di situ, conflict of interest bermain, atau mungkin karena kebudayaan selalu terdeterminasi kepada teks. Ia merupakan medium yang dapat mengabstraksikan secara “virtual” dalam imajinasi alam idea manusia, meskipun dunia kebudayaan di situ tak secara detail terakomodasi dalam teks. Karena ada sisi-sisi etika-estetika kebudayaan yang tak dapat terakomodasi hanya melalui pengalaman-pengalaman pembacaan terhadap medium teks. Sedangkan idealnya etika-estetika kebudayaan mesti terhayati dari mulai melihat dan merasakannya secara langsung, tanpa melalui medium teks.
Teks merupakan refleksi dari kebudayaan, dimana pengalaman seperti itu bisa dijumpai dalam karya-karya W.S Rendra, misalnya, dalam karya puisi maupun sajaknya. Hal itu terjadi karena kebudayaan merupakan ilham dari teks, ilham lazimnya datang dari nilai-nilai kebudayaan yang kemudian nilai-nilainya tersumbat dalam nalar manusia lalu kemudian diaktualisasikan dalam medium teks. Di situ, teks tak akan pernah berbicara tanpa adanya ilham, berarti teks akan mati tanpa kebudayaan.
***
Kenyataan “epistemologis” semacam itulah yang mungkin menyebabkan berjalan-berkelindannya sastra yang diwakili teks dan kebudayaan. Jadi bukan semata-mata karena antara sastra dan kebudayaan secara “ideologis” berbeda, yang kemudian implementasinya harus berbeda pula. Tapi lebih karena faktor “epistemologis” yang membuat keduanya berjalan-berkelindan. Sehingga akan terasa sulit nampaknya memisahkan dua dunia yang meskipun berbeda, namun keduanya dapat dipertemukan dalam medium teks.
Itulah sebabnya kita yang selama ini berada di dalam “satu dunia” tapi dapat merengkuh “dua dunia” sekaligus, mesti mengimagining kembali dunia sastra dan kebudayaan Indonesia. Apakah paska W.S Rendra, keduanya akan terpisah? Sudah saatnya di Indonesia mestinya memiliki tokoh-tokoh sastra, dan juga tokoh kebudayaan yang keduanya terpisah. Karena dari segi konsep, antara sastra dan kebudayaan berbeda, kebudayaan lebih universal sementara sastra bersifat partikular, oleh karenanya tak boleh dicampuraduk.
Dengan demikian pula, perjuangan untuk pencerahan publik melalui kesadaran kultural lewat sastra dan kebudayaan bisa terjadi pada dua arah, dan bukan pada satu arah tapi lewat dua ranah sekaligus; sastra dan kebudayaan, pendekatan seperti itu yang kira-kira kini mesti ditonjolkan, sastra dan kebudayaan Indonesia bisa tampil utuh sepenuhnya sepeninggal W.S Rendra. ***
Sumber :

KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR


1.      Kepribadian Bangsa Timur

kepribadian bangsa timur sangat berbeda dengan kepribadian bangsa barat, jelas dari wilayahnya pun sangat berbeda, lingkungan, dan gaya hidupnya. terutama dalam “kepribadian setiap bangsa”, seperti bangsa barat dan timur dari kepribadian,kebydayaan dan kebiasaan pun berbeda. menjelaskan tentang kepribadian bangsa timur,sudah jelas kita semua tau bangsa timur identik dengan benua Asia. yang penduduknya sebagian besar berambut hitam dan berkulit sawo matang, dan sebagian pula berkulit putih dan bermata sipit. beda dengan bangsa barat yang pasti kita tau yang merambut pirang dan berkulit putih.
bangsa timur ialah bangsa yang dikenal sangat baik dan ramah. mempunyai sifat toleransi yang tinggi dan saling tolong menolong. bangsa barat saat berkunjung ke wilayah negara timur, mereka pasti selalu berpendapat bahwa orang-orang timur itu baik dan ramah. bangsa timur dalam berpakaian pun tergolong sopan. mereka pun sangat melestarikan budaya masing-masing dan mempunyai adat istiadat yang di junjung tinggi.

1.      Bagan Psikososiogram Manusia
Nomor 0 : lingkungan dunia luar yang berarti tentang pendapat dan pikiran seseorang tentang dunia atau daerah yang belum pernah dikunjungi atau dijumpai.
Nomor 1 : lingkaran hubungan jauh yang berarti pikiran dan gagasan manusia tentang berbagai macam hal.
Nomor 2 : lingkaran hubungan berguna. Bisa dianalogikan hubungan antara murid dengan guru, pedagang dan pembeli.
Nomor 3 : lingkaran hubungan karib. Di sini manusia memiliki seseorang atau sesuatu yang dianggap bisa menjadi curahan hati dan tempat untuk meminta bantuan.
Nomor 4 : kesadaran yang dinyatakan. manusia mengungkapkankepada orang lain apa yang ada di pikirannya seperti perasaan, pengetahuan dan sebagainya.
Nomor 5 : kesadaran yang tidak dinyatakan. Maksudnya pikiran – pikiran dan gagasan yang ada disimpan sendiri oleh manusia tersebut dan tidak ada seorang lain pun yang dapat mengetahuinya.
Nomor 6 : Sub sadar karena sewaktu – waktu unsur – unsur yang sudah tertanam bisa meledak keluar lagi dan mengganggu kebiasaan sehari – hari.
Nomor 7 : daerah tak sadar dan sub sadar. Tak sadar karena memang sudah tertanam jauh di dalam diri manusia dan tak mampu disadari bahkan oleh manusia itu sendiri.  


Sumber :

HAKEKAT MANUSIA


I.                   PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA
  
Hakekat manusia adalah sebagai berikut:
a.    Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b.    Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c.    yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d.    Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e.    Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f.     Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g.    Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h.    Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

Manusia merupakan mahkluk monodualistis antara jiwa dan raga tidak dapat dipisahkan. Manusia juga merupakan mahkluk yang rasional dan juga irasional.
1.      Aliran monoisme
Aliran ini menganggap bahwa seluruh semesta termasuk manusia hanya terdiri dari satu zat. Aliran ini dibagi menjadi dua.
- Aliran materialisme= Realitas yang sebenarnya adalah materi (benda).
- Aliran idealisme= Realitas yang sebenarnya adalah ide (rohani).
2.      Aliran dualism
Aliran ini menganggap bahwa realitas semesta merupakan perpaduan antara zat hidup dan zat mati. Manusia merupakan sintesis antara jasmani dan rohani.

II.                Perbedaan Manusia Dengan Makhluk Lain

Tidak ada satupun manusia yang mau disamakan dengan binatang, baik kera maupun spesies yang lain. Di antara semua makhluk hidup, manusia mempunyai keunikan-keunikan yang membuatnya sangat istimewa.

Berikut ini adalah 7 di antara banyak keistimewaan yang dimiliki oleh manusia


1.   Punya masa menopause
Berbeda dengan sebagian besar binatang yang akan terus bereproduksi hingga akhir hayatnya, manusia khususnya wanita hanya akan bereproduksi sampai tiba pada suatu masa yang disebut menopause.

Begitu memasuki masa menopause, wanita akan berhenti dari kodratnya untuk bereproduksi dan menjalankan fungsi baru sebagai nenek yang akan mengasuh cucunya. Selain manusia, hanya beberapa spesies ikan paus saja yang mengenal menopause.

2.      Melewati masa kecil lebih lama
Dibandingkan primata maupun binatang yang lain, manusia menghabiskan waktu yang lebih lama untuk tinggal bersama dan mengasuh keturunannnya. Beberapa ahli menduga hal ini dipicu oleh ukuran otak manusia yang lebih besar, sehingga butuh waktu lebih lama untuk berkembang dengan sempurna.

3.      Wajah memerah saat tersipu
Dari semua bentuk ekspresi, wajah yang memerah saat tersipu malu adalah yang paling unik dan hanya terjadi pada manusia. Tidak diketahui pasti bagaimana hal ini terjadi, namun hal ini dinilai telah banyak membantu manusia untuk bersikap jujur.

4.      Bisa menciptakan api
Kemampuan manusia untuk membuat api adalah bekal penting dalam memenangkan seleksi alam. Ancaman predator nokturnal yang mengintai ketika hari mulai gelap menjadi mudah bagi manusia untuk ditanggulangi.

Bukan itu saja, kemampuan membuat api juga mengubah diet manusia purba dari kulit kayu yang keras menjadi makanan olahan yang lebih mudah dicerna. Diduga hal inilah yang membuat ukuran gigi dan organ-organ pencernaan lain pada manusia modern makin mengecil.

5.      Mengenal pakaian
Tidak seperti kera yang tubuhnya tertutup bulu (rambut), secara alami manusia tidak punya pelindung terhadap perubahan suhu di permukaan kulitnya. Namun dengan kecerdasan yang dimiliki, manusia bisa membuat pakaian yang menggantikan fungsi bulu pada beberapa jenis binatang.

Kemampuan manusia untuk membuat pakaian bahkan telah memicu terjadinya evolusi pada spesies lain, salah satunya kutu. Jika sebelumnya kutu hidup menempel pada bulu, kini sebagian di antaranya lebih memilih hidup menempel di baju.



6.      Berbicara
Sejak kurang lebih 35.000 tahun yang lalu, manusia memiliki tenggorokan yang posisinya lebih rendah dibandingkan pada simpanse. Ditunjang dengan tulang hyoid berbentuk tapal kuda yang terletak di bawah lidah, manusia mampu mengontrol suara yang dihasilkan sehingga bisa berbicara.

7.      Jemari tangan yang fleksibel
Manusia adalah satu-satunya spesies yang bisa memutar jempol tangannya ke berbagai arah hinggga 360 derajat. Jari-jari yang lain juga lebih fleksibel dibandingkan primata, sehingga manusia menjadi spesies paling terampil dalam memanfaatkan peralatan.

Sumber :