I.
Pengertian
Tanggung Jawab
Pengertian tanggung jawab memang
seringkali terasa sulit untuk menerangkannya dengan tepat. Adakalanya
tanggung jawab dikaitkan dengan keharusan untuk berbuat sesuatu, atau
kadang-kadang dihubungkan dengan kesedihan untuk menerima konsekuensi dari
suatu perbuatan. Banyaknya bentuk tanggung jawab ini menyebabkan terasa
sulit merumuskannya dalam bentuk kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Tetapi
kalau kita amati lebih jauh, pengertian tanggung jawab selalu berkisar pada
kesadaran untuk melakukan, kesediaan untuk melakukan, dan kemampuan untuk
melakukan.
Dalam kebudayaan kita, umumnya
"tanggung jawab" diartikan sebagai keharusan untuk
"menanggung" dan "menjawab" dalam pengertian lain yaitu
suatu keharusan untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh perilaku
seseorang dalam rangka menjawab suatu persoalan.
Pada umumnya banyak keluarga berharap
dapat mengajarkan tanggung jawab dengan memberikan tugas-tugas kecil kepada
anak dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai orangtua tentunya kita pun
berkeinginan untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak.
Tuntutan yang teguh bahwa anak harus
setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun
demikian bersamaan dengan itu bisa juga timbul suatu pengaruh yang tidak kita
inginkan untuk pembentukan karakter anak, karena pada dasarnya rasa tanggung
jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar, rasa
tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan dari
sistem nilai yang kita temukan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Rasa
tanggung jawab yang tidak bertumpuk pada nilai-nilai positif, adakalanya dapat
berubah menjadi sesuatu yang asosial.
Ada beberapa cara yang dapat
diterapkan untuk mendidik anak sejak usia dini agar menjadi anak yang
bertanggung jawab, sebagaimana Charles Schaeffer, Ph.D. mengutip apa yang
pernah dikemukakan oleh Dr. Carlotta De Lerma, tentang prinsip-prinsip
penting yang harus dilakukan untuk membantu anak bertanggung jawab.
1. Memberi teladan yang baik.
Dalam mengajarkan tanggung jawab
kepada anak, akan lebih berhasil dengan memberikan suatu teladan yang baik. Cara
ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan bagaimana
cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana orangtua melakukan tugas semacam
itu.
2. Tetap dalam pendirian dan
teguh dalam prinsip.
Dalam hal melakukan pekerjaan, orangtua
harus melihat apakah anak melakukannya dengan segenap hati dan tekun. Sangat
penting untuk orangtua untuk memberikan suatu perhatian pada tugas yang tengah
dilakukan oleh si anak. Janganlah sekali-kali kita menunjukkan secara
langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi nyatakanlah bagaimana cara
memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian orantua tetap dalam
pendirian, dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada
anaknya.
3. Memberi anjuran atau
perintah hendaknya jelas dan rinci.
Orangtua dalam memberi perintah atau
anjuran, hendaklah diucapkan atau disampaikan dengan cukup jelas dan terperinci
agar anak mengerti dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.
4. Memberi ganjaran atas
kesalahan.
Orangtua hendaknya tetap memberi
perhatian kepada setiap pekerjaan anak yang telah dilakukannya sesuai dengan
kemampuannya. Tidak patut mencela pekerjaan anak yang tidak
diselesaikannya. Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan
pekerjaannya saat itu, Anjurkanlah untuk dapat melakukan atau melanjutkannya
besok hari.Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan, akan membuat anak
tetap berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali orangtua senang
menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan
tugasnya. Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas
kesalahan dan tidak semata-mata mempermasalahkannya.
5. Jangan terlalu banyak
menuntut.
Orangtua selayaknya tidak patut
terlalu banyak menuntut dari anak, sehingga dengan sewenang-wenang memberi
tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Berikanlah tanggung
jawab itu setahap demi setahap, agar si anak dapat menyanggupi dan menyenangi
pekerjaan itu.
Suatu kebiasaan yang keliru pada
orangtua dalam hal mendidik anak, adalah bahwa mereka seringkali sangat
memperhatikan dan mengikuti emosinya sendiri. Tetapi sebaliknya emosi
anak-anak justru kurang diperhatikan. Orangtua bisa saja marah kepada
anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan dalam tindakan
seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat untuk perkembangan jiwa anak. Dengan
kata lain, marahlah pada saat si anak memang perlu dimarahi.
Anak-anak yang sudah mampu berespon
secara tepat, adalah anak yang sudah mampu berpikir dalam mendahulukan
kepentingan pribadi.Dan anak seperti ini sudah tinggal selangkah lagi ke
pemilikan rasa tanggung jawab.
Pada hakekatnya tanggung jawab itu
tergantung kepada kemampuan, janganlah lantas kita mengatakan bahwa anak yang
berusia tujuh tahun itu tidak memiliki tanggung jawab, karena tidak menjaga
adiknya secara baik, sehingga si adik terjatuh dari atas tembok. Sesungguhnya
anak yang baru berusia tujuh tahun tidak akan mampu melakukan hal seperti itu. Jelaslah
bahwa beban tanggung jawab yang diserahkan pada seorang anak haruslah
disesuaikan dengan tingkat kematangan anak. Untuk itu dengan sendirinya
orangtua merasa perlu untuk lebih jauh mengenal tentang kemampuan anaknya.
Dalam memberikan anak suatu
informasi tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak bisa dilakukan adalah
sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia
tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar
memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup. Orangtua juga harus bisa
menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal tersebut, disamping
harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan, atau tidak bisa
dilakukan.
Biasanya kita cenderung untuk
melihat rasa tanggung jawab dari segi-segi yang konkrit, seperti: apakah
tingkah lakunya sopan atau tidak; kamar anak bersih atau tidak; apakah si anak
sering terlambat datang ke sekolah atau tidak; dan sebagainya.
Seorang anak bisa saja berlaku
sopan, datang ke sekolah tepat pada waktunya, tetapi masih juga membuat
keputusan-keputusan yang tidak bertanggung jawab. Contoh seperti ini
seringkali kita jumpai terutama pada anak-anak yang selalu mendapatkan
instruksi atau petunjuk dari orangtua mengenai apa yang harus mereka kerjakan,
sehingga mereka kurang mendapat kesempatan untuk mengadakan penilaian sendiri,
mengambil keputusan sendiri serta mengembangkan norma-norma yang ada dalam
dirinya.
Rasa tanggung jawab sejati haruslah
bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusiaan. Nilai-nilai tidak dapat
diajarkan. Nilai-nilai dihirup oleh anak dan menjadi bagian dari dirinya
hanya melalui proses identifikasi, dengan pengertian lain, anak menyamakan
dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia hormati serta berusaha meniru
mereka. Contoh hidup yang diberikan orangtua, akan menciptakan suasana
yang dibutuhkan untuk belajar bertanggung jawab. Pengalaman-pengalaman
konkrit tertentu memperkokoh pelajaran itu, sehingga menjadi bagian dari
karakter dan kepribadian anak.
Jadi jelaslah, bahwa masalah rasa
tanggung jawab pada anak, akhirnya kembali pada orangtuanya sendiri, atau
dengan kata lain terpulang pada nilai-nilai dalam diri orangtua, yaitu seperti
tercermin dalam mengasuh dan mendidik anak.
II.
Macam-macam
Tanggung jawab
1.
Tanggung Jawab Terhadap
Diri Sendiri
Tanggung
jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengambangkan kepribadian sebagai manusia prbadi. Dengan
demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan menganai dirinya sendiri
menunrut sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral namun manusia juga
seorang pribadi.Karena merupakan seorang pribadi manusisa memiliki pendapat
sendiri, perasaan sendiri angan angan sendiri sebagai perwujudan dari pendapat
perasaan dan angan angan masnusia berbuat dan bertindak.
Contoh: Dina seorang siswa, besok ia akan menghadapi tes. Tapi dina sama sekali tidak belajar. Sehingga saat ulangan berlangsung dina tidak dapat menjawab soal-soal yang diberikan guru nya. jadi dina harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri karena tidak mau belajar saat ada tes.
Contoh: Dina seorang siswa, besok ia akan menghadapi tes. Tapi dina sama sekali tidak belajar. Sehingga saat ulangan berlangsung dina tidak dapat menjawab soal-soal yang diberikan guru nya. jadi dina harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri karena tidak mau belajar saat ada tes.
2.
Tanggung Jawab Terhadap
Keluarga
Keluarga
merupakan Masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami-istri, ayah ibu dan
anak anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga.Tiap anggota
keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini
menyangkun nama baik keluarga tapi ketangung jawab juga merupakan
kesejahteraan, keamanan pendidikan dan kehidupan.
Contoh: sebuah keluarga hidup dalam kemiskinana.Seorang ayah merasa sedih karenan ke lima orang anak nya tidak mendapatkan kehidupan yang layak, sehingga demi tanggung jawab nya terhadap keluarga maka seorang ayah yang rela mencuri demi menghidupi keluarga nya.
Contoh: sebuah keluarga hidup dalam kemiskinana.Seorang ayah merasa sedih karenan ke lima orang anak nya tidak mendapatkan kehidupan yang layak, sehingga demi tanggung jawab nya terhadap keluarga maka seorang ayah yang rela mencuri demi menghidupi keluarga nya.
3.
Tanggung Jawab Terhadap
Masyarakat
Pada
hakekatnya manusai tidak bisa hidup Tanoa bantuan omanusia lain, sesua dengan
kedudukannya sebagai mahluk social. Karena membutuhkan manusia lain maka
ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga mdengan
demikian manusia disisni adalah anggota masyarakat yang tentunya memiliki
tanggung jawab seperti anggota masyarakat lainnya agat dapat melangsungkan
hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkat lkau
dan perbuatannya harus dipertaggung jawabkan kepada masyarakat.
Contoh: Toni adalah seorang yang sangat pemalas.Suatu ketika diadakan gotong royong dikampung nya, tetapi toni tidak mau berpatisipasi dalam kegiatan itu sehingga ia mendapat teguran dari kepala desa.Setelah diberikan pengertian, akhirnya toni mau ikut bergotong royong karena gotong royong merupakan salah satu tanggung jawab nya terhadap masyarakat.
Contoh: Toni adalah seorang yang sangat pemalas.Suatu ketika diadakan gotong royong dikampung nya, tetapi toni tidak mau berpatisipasi dalam kegiatan itu sehingga ia mendapat teguran dari kepala desa.Setelah diberikan pengertian, akhirnya toni mau ikut bergotong royong karena gotong royong merupakan salah satu tanggung jawab nya terhadap masyarakat.
4.
Tanggung Jawab Terhadap
Bangsa / Negeri
Bahwa
setiap manusia adalah warga Negara suatu Negara dalam berpikir, berbuat,
bertindak, ertingkah laku manusia terikat oleh norma norma atau ukuran ukuran
yang dibuat oleh Negara. Manusia tidak dapat berbuat semuanya sendiri bila
perbuatan manusia itu salah maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara.
Contoh: Seseorang aparatur negara rela mengorbankan jiwa dan raga nya terhadap bangsa nya karena merupakan tanggung jawabnya terhadap negara / bangsa.
Contoh: Seseorang aparatur negara rela mengorbankan jiwa dan raga nya terhadap bangsa nya karena merupakan tanggung jawabnya terhadap negara / bangsa.
5.
Tanggung Jawab Terhadap Tuhan
Tuhan
menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk
mengisi kehidupannya manusia memiliki tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga
dikatakan tindakan manusia tidak lpas daei hukuman hukuman Tuhan. Yang
diruangkan dalam berbagai kitab suco melalui berbagai macam agama. Pelanggaran
dari hukuman hukuman tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika
perungatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraikan maka Tuhan akan
melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah perintah Tuhan. Berarti
menginggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap Tuhan sebagai
penciptanya. Bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya manusia harus
berkorban.
Contoh: setiap manusia wajib melaksanakan kewajiban nya mejalankan agama yang terpercaya nya, karena itu merupakan tanggung jawab dirinya terhadap Tuhan.
Contoh: setiap manusia wajib melaksanakan kewajiban nya mejalankan agama yang terpercaya nya, karena itu merupakan tanggung jawab dirinya terhadap Tuhan.
III.
Pengabdian dan
Pengorbanan
Wujud tanggung jawab juga berupa
pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik
untuk kepentingan manusia itu sendiri.
(a). Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat atau energi sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, honnat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
(b). Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehinggaa pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan pada kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jclas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama kawan, sulit dikatakan pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya. Tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
Contoh Pengabdian:
Kesediaan seorang guru sekolah dasar
ditempatkan di pelosok terpencil daerah transmigrasi, adalah pengabdian yang
juga menuntut pengorbanan. Dikatakan pengabdian karena ia mengajar di situ
tanpa menerima gaji dari pemerintah, tanpa diurus oleh pihak berwenang usul
pengangkatannya, ia hanya bertanggung jawab untuk kemajuan dan kecerdasan
masyarakat / bangsanya. la hanya menerima penghargaan dan belas kasihan
dari masyarakat setempat. Pengorbanan yang ia berikan berupa tenaga,
pikiran, waktu untuk kepentingan anak didiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar